Anak jalanan atau sering disingkat anjal adalah sebuah istilah umum yang mengacu pada anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, namun masih memiliki hubungan dengan keluarganya. Tapi hingga kini belum ada pengertian anak jalanan yang dapat dijadikan acuan bagi semua pihak.
Di tengah ketiadaan pengertian untuk anak jalanan, dapat ditemui adanya pengelompokan anak jalanan berdasar hubungan mereka dengan keluarga. Pada mulanya ada dua kategori anak jalanan, yaitu ANAK-ANAK YANG TURUN LANGSUNG KE JALAN dan ANAK-ANAK YANG ADA DI JALAN.Namun pada perkembangannya ada penambahan kategori, yaitu ANAK-ANAK DARI KELUARGA YANG ADA DI JALAN.
Pengertian untuk KATEGORI PERTAMA adalah anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan yang masih memiliki hubungan dengan keluarga. Ada dua kelompok anak jalanan dalam kategori ini, yaitu anak-anak yang tinggal bersama orangtuanya dan senantiasa pulang ke rumah setiap hari, dan anak-anak yang melakukan kegiatan ekonomi dan tinggal di jalanan namun masih mempertahankan hubungan dengan keluarga dengan cara pulang baik berkala ataupun dengan jadwal yang tidak rutin.
KATEGORI KEDUA adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh atau sebagian besar waktunya di jalanan dan tidak memiliki hubungan atau ia memutuskan hubungan dengan orangtua atau keluarganya.
KATEGORI KETIGA adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh waktunya di jalanan yang berasal dari keluarga yang hidup atau tinggalnya juga di jalanan.
Berangkat dari pengalaman melihat realitas, mendengar dari para pakar dan membaca dari pemberitaan media bahwa masalah yang dihadapi anak jalanan sangat kompleks dan rumit. Dari latar belakang mereka ke jalan, situasi yang penuh ancaman kehidupan jalanan, serta berbagai bentuk depresi sosial ekonomi, kultural dan psikologis. Semua itu saling terkait membangun pola perilaku dan kematangan emosi bagi anak- anak. Masyarakat umumnya melihat anak jalanan adalah predikat dengan sejumlah stigma sosial yang sudah menempatkan mereka pada posisi yang tersudut. Bagi anak jalanan perempuan, disamping ia menerima sederet karakter yang diberikan masyarakat juga tidak bisa melepaskan diri dari statusnya sebagai perempuan. Sebagai gadis jalanan dengan kodratnya sebagai perempuan (menstruasi, hamil dan melahirkan), ia sangat rentan dengan tindak kekerasan, perkosaan dan pelecehan seksual.
Sebagai langkah permulaan untuk berkawan lebih dekat dengan mereka adalah menjalin persahabatan dan pertemanan sebagaimana umumnya terjadi. Adalah hal yang wajar bila kemudian dalam perkawanan, masing- masing terlibat dalam perbincangan diseputar kehidupan mereka, latar belakang mereka, dan perisiwa-peristiwa yang mereka alami.Pada umumnya mereka berangkat dari ketidak harmonisan dalam keluarga, percekcokan orangtua, salah satu dari orangtua meninggal sehingga harus menikah lagi, perceraian, situasi kemiskinan, anak kesulitan menyesuaikan diri. Beberapa anak berangkat dari kekecewaan hubungan lawan jenis yang terlanjur. Juga karena pergaulan dengan anak jalanan yang akhirnya membawa mereka ke kehidupan jalanan.
Mereka menganggap jalanan adalah komunitas mereka, bagian dari kehidupan mereka. Toh demikian, tidak dapat dipastikan juga dimana mereka selalu berada, mereka sering berpindah-pindah tempat. Ada beberapa tempat sebagai alternatif mereka mangkal.
Pada umumnya mereka dipelihara oleh orang laki-laki atau anak- laki- laki yang hidup disekitar tempat mereka mangkal. Biasanya laki-laki akan membayar makan dan minum gadis-gadis jalanan. Bahkan beberapa dari mereka menawarkan untuk membiayai sekolah bila mereka kembali ke sekolah. Hubungan antara gadis-gadis jalanan dengan laki-laki yang memberi mereka makan, atau yang berstatus pacar tidak menutup kemungkinan terjadinya hubungan seksual. Seks menawarkan dua hal bagi mereka; kenikmatan hubungan dan pemeliharaan.
Dari gambaran singkat mengenai tingkah laku, pola pergaulan di jalanan, pergaulan dengan lawan jenis tersebut,masalah-masalah yang sering dihadapi oleh anak jalanan perempuan adalah:
Hal-hal yang berkaitan dengan fungsi reproduksinya; bahaya kehamilan, aborsi, atau terjangkitnya penyakit kelamin. Kekurangan uang, kebanyakan mereka tidak memiliki pekerjaan seperti anak jalanan laki- laki. Kesulitan untuk kembali ke kehidupan bersama karena masa lampaunya dijalanan, mereka dianggap sebagai orang yang berdosa dan masih sukar untuk diterima. Bahaya penggunaan alkohol dan pil yang berlebihan. Melukai diri sendiri, ketika mereka stress. Diskriminasi dan penolakan dari kehidupan masyarakat. Merespon permasalahan tersebut diatas, bukanlah kerja mudah yang dapat diselesaikan dalam jangka waktu tertentu. Karena bukan saja melibatkan anak jalanan sendiri tetapi melibatkan keterbukaan masyarakat pada umumnya. Biasanya ketika mendengar kata "anak jalanan" masyarakat pada umumnya sudah membawa seperangkat asumsi yang negatif dengan mereka. Sehingga untuk membuka rumah terbuka sebagai tempat singgah bagi gadis-gadis jalanan harus berhadapan dengan sejumlah alasan untuk menolak kehadiran gadis-gadis jalanan di tengah-tengah komunitas mereka. Bila demikian, kemudian dimana mereka bisa diterima? Karena jalanan juga sarat dengan segudang kekerasan. garukan dari pihak keamanan dengan alasan stabilitas ataupun kebersihan kota ternyata tidak menyelesaikan. Tipuan-tipuan yang mengatas namakan pihak keamanan memaksa mereka menerima pukulan-pukulan atau penganiayaan. Perkosaan dan pelecehan seksual juga sering dialami gadis-gadis jalanan. Apa yang dilakukan oleh Inasswasti dengan gadis-gadis jalanan sebatas mencoba membuka "rumah terbuka" sebagai alternatif rumah singgah bagi mereka. Dan mencoba membangun, memberi makna perkawanan, persahabatan dengan gadis-gadis jalanan dalam rangka membuka katub-katub yang selama ini tersumbat.
Ada baiknya pihak pemerintah lebih memperhatikan lagi kehidupan mereka karena mereka pun juga anak-anak bangsa yang perlu mendapatkan perhatian seperti layaknya anak-anak yang lain.
0 komentar:
Posting Komentar