Karya tulis ilmiah atau akademik menuntut
kecermatan dalam penalaran dan bahasa. Dalam hal bahasa, karya tulis semacam
itu (termasuk laporan penelitian) harus memenuhi ragam bahasa standar (formal)
atau bukan bahasa informal atau pergaulan.
Ragam bahasa karya tulis ilmiah atau akademik hendaknya mengikuti ragam bahasa yang penuturnya adalah terpelajar dalam bidang ilmu tertentu. Ragam bahasa ini mengikuti kaidah bahasa baku untuk menghindari ketaksaan atau ambigiutas makna karena karya tulis ilmiah tidak terikat oleh waktu. Dengan demikian, ragam bahasa karya ilmiah sedapat-dapatnya tidak mengandung bahasa yang sifatnya kontekstual seperti ragam bahasa jurnalistik. Tujuannya agar karya tersebut dapt tetap dipahami oleh pembaca yang tidak berada dalam situasi atau konteks saat karya tersebut diterbitkan. Masalah ilmiah biasanya menyangkut hal yang sifatnya abstrak atau konseptual yang sulit dicari alat peraga atau analoginya dengan keadaan nyata.
Untuk mengungkapkan hal semacam itu, diperlukan struktur bahasa keilmuan adalah kemampuannya untuk membedakan gagasan atau pengertian yang memang berbeda dan strukturnya yang baku dan cermat. Dengan karakteristik ini, suatu gagasan dapat terungkap dengan cermat tanpa kesalahan makna bagi penerimanya. Ada yang menyebutkan beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam karya tulis ilmiah berupa penelitian yaitu :
Ragam bahasa karya tulis ilmiah atau akademik hendaknya mengikuti ragam bahasa yang penuturnya adalah terpelajar dalam bidang ilmu tertentu. Ragam bahasa ini mengikuti kaidah bahasa baku untuk menghindari ketaksaan atau ambigiutas makna karena karya tulis ilmiah tidak terikat oleh waktu. Dengan demikian, ragam bahasa karya ilmiah sedapat-dapatnya tidak mengandung bahasa yang sifatnya kontekstual seperti ragam bahasa jurnalistik. Tujuannya agar karya tersebut dapt tetap dipahami oleh pembaca yang tidak berada dalam situasi atau konteks saat karya tersebut diterbitkan. Masalah ilmiah biasanya menyangkut hal yang sifatnya abstrak atau konseptual yang sulit dicari alat peraga atau analoginya dengan keadaan nyata.
Untuk mengungkapkan hal semacam itu, diperlukan struktur bahasa keilmuan adalah kemampuannya untuk membedakan gagasan atau pengertian yang memang berbeda dan strukturnya yang baku dan cermat. Dengan karakteristik ini, suatu gagasan dapat terungkap dengan cermat tanpa kesalahan makna bagi penerimanya. Ada yang menyebutkan beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam karya tulis ilmiah berupa penelitian yaitu :
- Bermakna
isinya
- Jelas
uraiannya
- Berkesatuan
yang bulat
- Singkat
dan padat
- Memenuhi
kaidah kebahasaan
- Memenuhi
kaidah penulisan dan format karya ilmiah
- Komunikasi
secara ilmiah
Indeks kinerja ilmiah adalah ukuran kuantitatif
sebagai referensi dasar kebijakan di bidang iptek (ilmu pengetahuan dan
teknologi), diperlukan sebuah instrumen. Kajian pengukuran semacam ini disebut
sebagai scientometrics. Instrumen dalam bentuk indeks kinerja ilmiah ini sangat
penting untuk melakukan pengukuran atas usulan, target dan pencapaian aneka
aktivitas iptek. Dengan instrumen semacam ini diharapkan seluruh proses bisa
dilakukan dengan transparan dan obyektif. Secara global, sudah banyak instrumen
yang diajukan. Namun hampir semuanya difokuskan pada usaha untuk mengukur
kontribusi iptek dalam kehidupan masyarakat, seperti industri dan lain-lain.
Sebaliknya sangat sedikit kajian yang mengarah pada indeksisasi aktivitas iptek
itu sendiri. Ini dikarenakan proses pengukuran kinerja ilmiah di negara-negara
maju sudah dilakukan dengan relati sangat obyektif akibat komunitas ilmiah di
setiap bidang yang sudah mapan dan matang. Sebaliknya di negara berkembang
seperti Indonesia, pengukuran kinerja iptek sangat sulit dilakukan akibat
keterbatasan komunitas di setiap bidang, ditambah kematangan komunitas secara
ilmiah yang umumnya belum tercapai akibat budaya ilmiah yang relatif pendek.
Maksudnya ? Di hampir semua negara, proses pengajuan anggaran iptek secara
garis besar bisa dibagi menjadi 2 tahapan utama :
- Tahap
politis : Proses pengajuan anggaran di level tertinggi penyelenggara
negara, yaitu pengajuan oleh pengelola anggaran iptek utama ke parlemen.
Pengelola anggaran utama bisa lembaga penelitian utama seperti LPND di
Indonesia (LIPI, dll), Kementerian Riset (KRT), lembaga mandiri (NSF di
Amerika, DFG di Jerman, JICA di Jepang, dll). Pada tahapan ini substansi
proposal kegiatan iptek umumnya bersifat multi disiplin dan bidang.
- Tahap
ilmiah : Proses pengajuan anggaran oleh pelaksana riil aktivitas iptek ke
pengelola anggaran iptek utama diatas. Pada tahapan ini substansi kegiatan
iptek sudah fokus pada topik-topik tertentu yang spesifik.
Pada tahap pertama diatas, argumentasi dalam
rangka justifikasi dilakukan dalam bahasa politis. Bahasa politis ditandai
dengan argumentasi berbasis capaian jangka pendek dan riil dalam konteks
"kontribusi langsung" ke publik. Sebaliknya, pada tahap kedua
justifikasi harus berdasar argumentasi ilmiah. Oleh karena itu, di level ini
diperlukan anggota komunitas ilmiah yang mapan untuk melakukan penilaian secara
obyektif dan dengan landasan ilmiah sesuai bidang kajian.
Daftar Pustaka :
- http://www.iphin-kool.co.cc/2009/04/peran-dan-fungsi-bahasa-indonesia-dalam.html
- http://id.wikipedia.org/wiki/Indeks_kinerja_ilmiah
0 komentar:
Posting Komentar